Kamis, 10 Maret 2011

“MEMAHAMI TAKDIR”

Takdir adalah ketentuan suatu peristiwa yang terjadi di alam raya ini yang meliputi semua sisi kejadiannya, baik itu mengenai kadar atau ukurannya, tempat, maupun waktunya. Dengan demikian segala sesuatu yang terjadi di alam raya ini ada takdirnya, termasuk manusia.


TAKDIR DALAM AGAMA ISLAM

Umat Islam memahami takdir sebagai bagian dari tanda kekuasaan Tuhan yang harus diimani sebagaimana dikenal dalam Rukun Iman. Penjelasan tentang takdir hanya dapat dipelajari dari informasi Tuhan, yaitu informasi Allah melalui Al Quran dan Al Hadits. Secara keilmuan umat Islam dengan sederhana telah mengartikan takdir sebagai segala sesuatu yang sudah terjadi.

Hubungan Takdir dengan Sunnatullah

Menurut bahasa, sunnatullah berasal dari kata sunnah yang bersinonim dengan tariqah yang berarti jalan yang dilalui atau sirah yang berarti jalan hidup. Kemudian, kata tersebut digabung dengan lafal Allah sehingga menjadi kata sunatullah yang berarti ketentuan-ketentuan atau hukum Allah swt (bisa disebut takdir) yang berlaku atas segenap alam dan berjalan secara tetap dan teratur.

Hubungan Takdir dengan Ikhtiar Manusia

Ikhtiar berarti memilih. Menurut istilah, ikhtiar adalah berusaha secara maksimal dalam mencapai tujuan dan hasil, serta bergantung sepenuhnya kepada kehenak Allah swt.
Islam menghendaki agar setiap muslim berusaha sekuat tenaga dengan cara yang halal untuk mengubah nasibnya. Di samping itu, setiap muslim juga harus berusaha mencegah terjadinya suatu bencana atau kegagalan dalam meraih cita-cita.


Terjadi atau tidak terjadinya sesuatu disebabkan oleh dua hal yaitu :
1. Gazirah adalah insting atau bakat pembawaan lahir. Contohnya, perasaan lapar menyebabkan kita makan. Gazirah tidak memberikan kesempatan kepada kita untuk memilih, selain memenuhinya.


2. Ikhtiar adalah usaha secara maksimal sesuai dengan potensi dan kemampuan yang diberikan Allah swt. Contohnya, ketekunan dan keuletan belajar menyebabkan orang memiliki banyak ilmu. Akan tetapi, mutu ilmu pengetahuan dan jumlah kekayaan yang diperoleh itu tergantung pula kepada kekuatan ikhtiar yang diberikan Allah swt.
Tegasnya, yang memberikan kekuatan memilih adalah Allah swt., sedangkan yang memilih adalah manusia. Apabila usaha tersebut hasilnya baik, hal itu tentu saja karena proses usaha yang dilaksanakn juga baik. Demikian sebaliknya, apabila usaha tersebut gagal, hal itu disebabkan proses usaha yang kurang baik.
Tawakal adalah berserah diri kepada Allah swt., berserah diri kepada qada dan qadar Allah swt., terjadi setelah berusaha semaksimal mungkin.
Muenurut Muhammad bin Abdul Wahab, tawakal adalah pekerjaan hati manusia dan pucak tertinggi keimanan. Sifat ini akan datang dengan sendirinya jika iman seseorang sudah matang.

Setiap manusia memiliki takdirnya masing-masing. Dan sebaiknya dalam hidup mereka menjalani takdirnya dengan penuh ikhtiar kepada Allah SWT. Karena apabila dalam menjalani takdir tidak dengan penuh ikhtiar maka hidupnya tidak akan damai dan dipenuhi oleh rasa tidak bersyukur. karena manusia itu lemah (antara lain tidak tahu akan takdirnya) maka diwajibkan untuk berusaha secara bersungguh-sungguh untuk mencapai tujuan hidupnya yaitu beribadah kepada Allah. Dalam menjalani hidupnya, manusia diberikan pegangan hidup berupa wahyu Allah yaitu Al Quran dan Al Hadits untuk ditaati.

Sikap terhadap Takdir

1. Meyakini oleh setiap muslim adalah ALLAH telah menetapkan semua sebelum kita diciptakan. Jadi ALLAH telah menentukan rejeki, jodoh, amal, ajal, celaka atau bahagia, dan lain-lain. Semua telah ditentukan dari awal hingga akhir dunia (kiamat).

firmanALLAH di dalam surat Luqman: 34

“Artinya : Setiap diri tidak mengetahui apa yang akan dia kerjakan besok”

Ayat di atas merupakan isyarat bagi seorang muslim untuk berusaha di dalam kehidupan dunia dan akhiratnya karena sesungguhnya kita tidak akan tahu takdir yang telah ALLAH tetapkan sebelum kita melakukan.

ALLAH subhanahu wa ta’ala di surat Al-insan: 3

“artinya: Sesungguhnya Aku telah memberi petunjuk kepadanya pada jalan (yang benar), maka adakalanya dia bersyukur dan adakalanya dia kufur”

Ayat di atas menunjukkan pada kita bahwa kita telah diberi petunjuk mana yang baik dari berbagai pilihan yang tersedia.

2. Berusaha, buat apa kita berusaha (beramal baik) jika ALLAH telah menentukan segalanya di dalam kehidupan kita(rejeki, amal, ajal, jodoh, bahkan tempatnya di hari akhir)? Apakah kita berhak memilih terhadap sesuatu padahalALLAH telah menentukan sebelumnya?

ALLAH telah berfirman di dalam surat An-Naba: 39

“ Artinya: Maka barangsiapa menghendaki, maka dia mengambil jalan menuju Rabb-Nya.”

Dan

Surat Al-imran: 152

“artinya: Sebagian dari kamu ada orang yang menghendaki dunia dan sebagian orang dari kamu ada yang menghendaki akhirat.”

Dua dalil di atas menjelaskan bahwa makhluk yang memiliki akal dapat memilih perbuatan yang akan dilakukannya.

3. Ikhtiar

Milik ALLAH segala pengetahuan. Yakinlah bahwa ALLAH lah yang telah menetapkan setiap kejadian agar kita dapat menjadi hamba-hamba yang lebih sabar dan kuat. ALLAH memberikan hak untuk memilih kebaikan atau keburukan. Seorang makhluk hanya akan mengetahui takdir yang telah ditetapkan setelah ada kejadian (dilakukan). Tidak dibenarkan untuk berpangku tangan baik dalam urusan dunia dan akhirat sehingga tidak benar pernyataan bahwa ALLAH telah menakdirkan aku berbuat maksiat.

0 komentar:

Posting Komentar